Alvi Hadi Sugondo berkata, optimis adalah yakin pada masa akan datang bahwa segala
sesuatu yang kita harapkan bakal terwujud. Keyakinan akan masa depan inilah
yang kita sebut sebagai optimis itu. Namun, banyak orang yang cenderung kurang
optimis melihat masa depan mereka. Padahal, sikap itu sangat disayangkan.
Alvi Hadi Sugondo menambahkan, mengapa kita harus yakin pada masa depan? Karena secara akal
sehat, setiap pertambahan waktu, seharusnya kita semakin lebih baik. Kita bertambah
lebih banyak pengalaman, pemahaman, pemikiran, relasi bisnis serta penambahan
kekayaan hidup lainnya ketika usia makin bertambah.
Menurut Alvi Hadi Sugondo , Bukanlah hidup itu tempat untuk belajar? Mengapa kita kurang
suka belajar dari masa lalu? Jawaban yang paling mayoritas, karena kita kurang
memahami pentingnya arti belajar dari masa lalu itu dari perspektif yang tepat.
Jika kita tahu manfaat belajar dari masa lalu, maka kita akan
lebih optimis menjalani hidup ini di masa kini dan akan datang. Kita lebih banyak
memiliki pengalaman, pemahaman, pemikiran dan sebagainya, untuk modal kita
menyelesaikan berbagai masalah hidup dari waktu ke waktu.
Hanya mereka yang bisa belajar dari masa lalu yang akan
menikmati manisnya kehidupan, baik di masa kini dan akan datang. Ini sangat
masuk akal. Optimisme lahir dari serangkaian proses yang terjadi secara
kronologis. Ketika kita makin memahami hidup ini, makin mendapat lebih banyak
masukan positif dan makin berpengalaman, maka rasa optimisme itu makin mudah
muncul.
Optimisme itu banyak contohnya. Mulai dari optimisme membangun
diri kita sendiri menjadi jauh lebih baik, optimisme membangun keluarga lebih
berkualitas, membangun hubungan social di lingkungan tempat kita tinggal,
membangun karir atau bisnis hingga memperbaiki ibadah kita pada Tuhan.
Kita mungkin sedang dalam keadaan dibawah, baik dari sisi
pencintraan diri pribadi kita, situasi keluarga kita, social kita, bisnis dan
karir kita atau spiritual kita, tapi dengan membangun semangat positif, maka optimisme
itu akan lahir dengan sendirinya.
"Lihatlah hidup ini seperti menyusun puzzle gambar. Ketika
puzzle itu sedang dalam kondisi berantakan, maka cara terbaik untuk menyusun
puzzle itu tertata kembali adalah dengan memperbaikinya. Masalah akan tetap
menjadi masalah hingga kita sendiri yang berusaha untuk menyelesaikannya" ujar Alvi Hadi Sugondo
Masalah memang mirip puzzle. Ketika menjadi berantakan dan
tidak sesuai dengan gambaran yang kita inginkan, maka kita mulai berusaha untuk
menyusunnya dengan susunan yang benar (gambaran besar). Bagi anda yang belum
terbiasa menyusun puzzle gambar, itu pasti sangat sulit. Namun bagi yang sudah
terbiasa, masalah itu jadi lebih mudah.
Hidup juga mirip dengan menyusun puzzle. Setiap bagian ada
yang hilang, terpisah, tak tersusun dengan benar hingga rusak. Jika kita mau
menerapkan prinsip hukum positif, yaitu optimisme, maka masalah serumit apapun
berpotensi bisa terselesaikan.
Solusi yang paling masuk akan untuk memecahkan puzzle adalah
dengan mendapatkan gambaran aslinya (gambaran besar). Misalnya, kita sedang
menyusun puzzle gambar gajah. Maka ketika puzzle itu berantakan, anda harus
bayangkan gambar gajah dulu dalam pikiran anda, dan menyusun potongan demi
potongan gambar gajah menjadi jauh lebih mudah. Begitu cara memecahkan puzzle
gambar.
Demikian cara memecahkan masalah hidup. Kita harus
mendapatkan gambaran idealnya tentang solusi akhir dari masalah yang ingin kita
pecahkan. Gambarkan solusi yang ingin kita harapkan terjadi. Setelah mendapat
gambaran tersebut, maka kita akan mendapat petunjuk untuk menyelesaikan
potongan demi potongan solusi hingga mendapatkan gambaran solusi yang kita
harapkan.
"Disinilah pentingnya memiliki sikap optimisme saat menyusun
puzzle tersebut, karena saat kita percaya pada hasil akhir (masa depan), maka
kita secara otomatis sudah mendapat gambaran akhirnya dari solusi yang akan
kita selesaikan. Dan inilah kunci memecahkan semua masalah (puzzle kehidupan).
Coba samakan dengan visi dan misi hidup" ujar Alvi Hadi Sugondo
Note : Visi adalah
gambaran besarnya (gambar gajah), dan misi adalah potongan demi potongan gambar
gajah.
Optimisme adalah seni berpikir positif yang berorientasi pada
masa depan. Optimisme tidak membahas kondisi sekarang, tapi masa akan datang.
Karena itu, tetaplah membangun jiwa optimisme dalam menghadapi apapun masalah
yang terjadi.
Tuhan tidak akan memberikan cobaan (puzzle kehidupan) jika
dalam diri kita tak ada potensi untuk mewujudkannya. Ketika masalah itu datang,
maka Tuhan juga sudah menyertakan solusi dalam pikiran kita berwujud gambaran
pikiran yang menjadi petunjuk untuk memecahkan masalah tersbebut.
Tak mungkin Tuhan memberi beban yang lebih berat dari
kekuatan maksimal manusia, karena Tuhan itu Maha Kasih dan Sayang. Ini mirip
dengan pelajaran sekolah, sang guru akan memberi ujian pada murid sesuai dengan
tingkat kelas murid tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka semakin
sulit ujian soalnya. Ini sama dengan ujian hidup. Yang terpenting, kita harus
rajin belajar di masa lalu, agar saat ujian datang, kita sudah lebih siap dan
tahu apa yang harus dikerjakan.
"Optimislah memandang hidup, maka kehidupan akan menggenapi
apa yang anda pikirkan. Bukankah kunci sukses belajar adalah mencatat, dan
dengan mencatat masa lalu hidup kita, kita memiliki dasar yang kuat untuk naik
ke tangga berikutnya?" ujar Alvi Hadi Sugondo
Hanya orang besar yang bisa menghargai sejarah kehidupan masa
lalu mereka, dan dari sana mereka banyak belajar. Belajar yang baik adalah
dengan mencatat dan dibaca berulang – ulang, dan dengan cara itu maka optimisme
kita terhadap masa depan akan semakin lebih besar. Dan inilah cara hidup orang
optimisme, selalu belajar dari masa lalu untuk dapat menyelesaikan persoalan
hidup di masa depan. Mari kita selalu optimis memandang hidup ini. Kita pasti
jauh lebih baik.
Belum ada tanggapan untuk "ALVI HADI SUGONDO "MEMBANGUN JIWA OPTIMISME, SENI MEMECAHKAN MASALAH DENGAN TEKNIK PUZZLE GAMBARAN BESAR ""
Posting Komentar